Teacher Solidarity for the improvement of education
Pendidikan
Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Swasta
Oleh : Debiyani Tedjalaksana
07-Okt-2007, 15:18:40 WIB - [www.kabarindonesia.com]
KabarIndonesia - Upaya meningkatkan kualitas dan profesionalisme guru, merupakan sebuah keharusan bagi setiap guru seiring dengan perubahan kurikulum yang mensyaratkan siswa menjadi subyek yang aktif dalam sebuah proses pembelajaran. Metode ceramah atau komunikasi searah sebagaimana terjadi pada proses pembelajaran di masa lalu haruslah dirubah, karena tak dianggap merangsang siswa untuk berpikir kritis dan bersikap kreatif. Dengan Kurikulum baru yang disebut KTSP, proses pembelajaran tak lagi hanya terpaku pada berbagai teori, namun kegiatan praktek, experimen dan explorasi bahan ajar lebih diutamakan dan guru hanyalah bertindak sebagai fasilitator.
Sebagai konsekwensi dari tuntutan tersebut, maka idealnya setiap sekolah haruslah memiliki sarana dan prasarana pembelajaran yang lengkap dan memadai, seperti sarana Laboratorium Sains, Laboratorium Bahasa, Laboratorium Komputer, juga guru berkualitas sebagai pendukungnya. Untuk itu, pencerahan guru melalui berbagai pelatihan guna meningkatkan kualitas dan profesionalisme merupakan kebutuhan mutlak yang wajib dilaksanakan oleh tiap sekolah dengan Dinas Pendidikan sebagai fasilitatornya.
Realita di Lapangan
Kenyataan di lapangan ternyata berbeda dengan tataran konsep idealnya, karena masih banyak guru yang umumnya merupakan guru sekolah swasta belumlah berkesempatan untuk mendapatkan pencerahan itu. Kegagapan dan kebingungan menjadi bagian dari sikap guru dalam menghadapi perubahan tuntutan berdasarkan kurikulum baru, belum lagi kenyataan lainnya bahwa ternyata masih banyak sekolah swasta yang belum memiliki sarana Laboratorium memadai guna mendukung proses pembelajaran. Keterbatasan sumber dana, itulah yang menjadi penyebab keterbatasan sarana yang dimiliki.
Sekolah yang Termarginalkan
Berbagai bantuan luar negeri yang semestinya dialokasikan bagi perberdayaan guru dan sarana sekolah swasta sulit sekali mereka dapatkan, kalaupun mereka berkesempatan mencicipinya ternyata tak pernah sepi dari cerita sedih berbagai sunatan massal yang menyertai bantuan itu. Alhasil, dana bantuan habis tersalurkan namun kondisi sekolah, juga kondisi guru swasta umumnya tetaplah tak mengalami perubahan. Tak sedikit di antara sekolah-sekolah swasta itu merupakan sekolah pionir, yaitu sebagai lembaga pendidikan yang diselenggarakan atas swadaya masyarakat pada saat negeri ini baru merdeka, sebagai wujud bantuan untuk turut serta mencerdaskan bangsa ditengah keterbatasan kemampuan pemerintah RI saat itu, seperti: yayasan Pendidikan Taman siswa, Yayasan Pendidikan Pasundan dan masih banyak yayasan pendidikan lainnya. Sehingga layak apabila dikatakan, bahwa sekolah-sekolah tersebut juga telah turut berjasa dalam membangun Sumber Daya Bangsa selama ini, namun sungguh menyedihkan apabila kita melihat kondisi pada umumnya sekolah-sekolah itu sekarang, tak sedikit di antara mereka memiliki kondisi bangunan sekolah yang tak layak bahkan terancam ambruk, juga jumlah murid yang selalu berkurang setiap tahunnya seiring dengan banyaknya pembangunan sekolah negeri, juga pelanggaran terhadap aturan kuota jumlah siswa per kelas/sekolah oleh sekolah-sekolah negeri atas persetujuan diam-diam dari Dinas pendidikan. Sungguh sangat ironis, mereka berada dalam posisi terjepit di antara tuntutan perubahan dengan realita yang harus dihadapi, sementara bantuan yang dijanjikan tak lebih hanya bagai mimpi di siang bolong.
Pelatihan Guru Swasta
Berangkat dari keprihatinan terhadap nasib sekolah sekolah swasta itu, maka Serikat Guru Indonesia (SeGI) Garut bekerja sama dengan Local Education Center (LEC) sebagai penyedia tempat pelatihan, pada tanggal 1 dan 2 Oktober 2007 menyelenggarakan pelatihan Guru Sains, dengan pelatih DR. Bambang Sumintono M.Ed dari Center For The Betterment Of Education (CBE), sebuah pelatihan yang diselenggarakan tanpa tujuan komersil, namun berangkat dari sebuah ketulusan dan keinginan membantu untuk memberdayakan para guru sekolah swasta. Pelatihan Guru sains yang memperkenalkan praktikum dengan sarana praktik yang murah, mudah namun bermutu, bahkan berasal dari barang-barang bekas pakai yang diperoleh dari “Rumah Sains Lima” ternyata membuat para peserta sangat antusias, semangat merekapun muncul, mereka seakan tersadarkan; walaupun sarana Laboratorium belumlah dimiliki, namun bukan halangan untuk melaksanakan praktikum bagi siswanya. Semangat peserta, ternyata juga menjadi doping bagi panitia untuk meningkatkan kualitas mereka melalui berbagai pelatihan lainnya. Seperti tampak pada foto diatas, betapa antusiasnya mereka melaksanakan pelatihan yang diberikan.
Untuk itu, panitia penyelenggara dan pelatih hanya dapat berharap; “Semoga setetes air yang diberikan, dapat membantu menawarkan rasa dahaga yang telah mereka rasakan sekian lama”.
Sebuah peribahasa agar jangan bersikap “Habis manis sepah dibuang”, rasanya cukup relevan untuk mengingatkan pemerintah agar tetap memperhatikan kelangsungan eksistensi sekolah sekolah swasta umumnya di negeri ini, dan tidak membiarkan posisi mereka sebagai lembaga pendidikan yang termarginalkan selamanya.
Blog: http://pewarta-kabarindonesia.blogspot.com
Alamat ratron (surat elektronik): redaksi@kabarindonesia.com
Berita besar hari ini...!!! Kunjungi segera: http://kabarindonesia.com
Monday, October 6, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment