Guru-guru Cemaskan Standar Kelulusan Siswa
Artikel Terkait:
* Capek, Jenuh Tiap Hari Dikasih Soal..
* Banyak Siswa Terancam tak Lulus
* Education Forum Minta Pemerintah Mengubah Kebijakan UN
* Sekolah Wajib Tambah Jam Pelajaran dan Gelar Try Out
* Ruang Soal dan Jawaban UN Digembok Berlapis
Senin, 14 April 2008 | 14:50 WIB
PURWOKERTO, SENIN - Sejumlah guru SMA di beberapa kabupaten di Jawa Tengah mengkhawatirkan tingkat kelulusan siswanya dalam ujian nasional (UN) yang bakal digelar 22-24 April, karena adanya tambahan mata pelajaran yang diujikan dan tingginya standar kelulusan.
"Tahun ini, terus terang semakin berat karena selain ada tambahan tiga mata pelajaran, juga standar kelulusannya meningkat," kata FA Agus Wahyudi, guru SMA 1 Purwokerto yang juga aktivis pada Federasi Guru Independen Indonesia (FGII), Senin.
Seperti diketahui, standar kelulusan UN SLTA meningkat menjadi rata-rata minimal 5,25 dari sebelumnya 5,00 dan tidak ada nilai di bawah 4,25 sedangkan bagi siswa yang memiliki nilai minimal 4,00 pada salah satu mata pelajaran, maka nilai mata pelajaran lainnya minimal 6,00.
Sementara untuk SMK nilai mata pelajaran kompetensi keahlian kejuruan minimal 7,00 dan digunakan untuk menghitung rata-rata UN. Terkait kondisi tersebut, Agus mengatakan, yang paling mencemaskan hal itu justru sekolah-sekolah yang berada di pinggiran, karena harus ekstra keras memberikan tambahan pelajaran para siswanya agar lulus.
Ia mengaku tidak sepakat dengan adanya UN karena kelulusan sebenarnya tidak hanya diukur dari keberhasilan seseorang dalam ujian tersebut. "Banyak faktor sebetulnya yang menjadi tolok ukur, bukan hanya lulus mengerjakan enam mata pelajaran tersebut," kata dia menegaskan.
Hal yang sama juga dikatakan Prasetyo, seorang guru SMA Negeri Kemangkon, Kabupaten Purbalingga yang mengatakan, UN mendatang tidak hanya dikhawatirkan siswa dan orangtuanya tetapi juga guru.
Menurut dia, guru dibuat bingung diminta untuk memadatkan atau mempercepat penyelesaian mata pelajaran karena UN diajukan menjadi akhir April, bukan bulan Mei seperti tahun sebelumnya.
"Jika tidak dipadatkan mata pengajarannya, waktunya tidak cukup sehingga para guru harus berusaha sekuat tenaga agar materi pelajaran bisa selesai," katanya.
Menurut dia, hal itu sangat dikhawatirkan karena kemungkinan ada siswa yang tidak mampu mengikutinya. Kecemasan juga dirasakan Ikhsan, seorang siswa SMA Negeri 1 Banjarnegara, yang mengaku cukup berat mengejar standar kelulusan itu.
"Apalagi jumlah mata pelajaran juga bertambah, sehingga dalam satu hari harus mengerjakan dua mata pelajaran yang diujikan dalam UN," katanya.(ANT)
Thursday, September 18, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment